JAKARTA - Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah pola kehidupan umat manusia dan mengantar dunia militer kedalam sebuah revolusi yang menuntut moderenisasi Alutsista dan kesiapan Sumber Daya Manusia atau Revolution In Military Affairs agar mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan strategis dan siap menghadapi berbagai jenis ancaman yang muncul seiring dengan kemajuan yang terjadi.
Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P., dalam amanatnya yang dibacakan oleh Aslog Panglima TNI Marsda TNI Sujatmiko G.S., M.Sc., pada acara Ground Breaking Pembangunan System Interoperability Kodal TNI, bertempat di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (05/11/2021).
Menurut Panglima TNI bahwa pada saat ini dunia kemiliteran telah secara massif menerapkan dan memanfaatkan berbagai jenis teknologi mutahir, baik untuk meningkatkan kemampuan tempur dan gempur Alutsista maupun kemampuan Kodal dan sharing informasi operasi melalui teknologi informasi komunikasi yang bertujuan untuk memperoleh keunggulan informasi yang menjadi penopang utama keberhasilan setiap operasi militer.
“Berdasarkan latar belakang tersebut, salah satu kebijakan yang saya masukan sebagai program prioritas adalah Pengembangan Sistem Operasi Tri Matra berbasis Network Centric Warfare, C4ISR dan Cyber, ” ujarnya.
Network Centric Warfare adalah suatu doktrin operasi militer peperangan dalam jaringan yang mengutamakan keunggulan penyebaran informasi yang cepat dan akurat kepada seluruh satuan operasional baik darat, laut dan udara dalam operasi gabungan maupun operasi mandiri.
“Dengan keunggulan tersebut maka kewaspadaan situasi atau situasional awareness dan sinkronisasi operasi akan meningkatkan interoperability penyebaran informasi operasi antar satuan dan Alutsista TNI dalam pertempuran, ” tegas Panglima TNI.
Baca juga:
Dandim Magelang Lepas 3 Pamen Terbaiknya
|
Panglima TNI menjelaskan bahwa pada hakekatnya kekuatan TNI menganut sistem Operasi Tri Matra terpadu atau operasi gabungan, dimana kebutuhan integrasi antar seluruh elemen TNI menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari, sehingga upaya untuk meningkatkan System Interoperability Kodal TNI harus dipahami dan didukung oleh setiap Angkatan/Matra.
“Perlu kita ketahui bahwa pembangunan System Interoperability bukan pekerjaan instan dan mudah karena akan melibatkan berbagai sensor dan senjata yang berbeda-beda untuk diintegrasikan melalui Indonesia Nasional Data Link sebagai aplikasi inti dari program System Interoperability Kodal TNI, ” ujar Panglima TNI.
Walaupun program ini sudah dicanangkan sejak tahun 2018 namun baru dapat diimplementasikan di tahun 2020, karena mekanisme administrasi dan anggaran yang cukup panjang.
“Kita semua berharap agar program ini dapat segera terwujud dalam meningkatkan kemampuan TNI, khususnya terkaiat C4ISR dapat segera sejajar dengan Angkatan Bersenjata negara maju, ” kata Panglima TNI.
Panglima TNI mengharapkan agar cara ini tidak hanya dilihat sebagai seremonial semata, melainkan harus dapat dimaknai menjadi inisiasi semangat kepada segenap perencana, pelaksana hingga para mitra pendukung pembangunan kekuatan TNI untuk bersama-sama dapat mengawal untuk mewujudkan program ini dengan sebaik-baiknya selama proses pembangunannya.
(Red/Puspen TNI)